Detuara dalam serimonial adat tahunan

UPACARA ADAT NGGUA 

Tradisi adat masyarakat ende lio, Detuara Detukeli
(Mure)

Dalam kehidupan interaksi sosial budaya Masyarakat lio sangat erat dan tidak terpisahkan antara Mosalaki ( Tuan tanah) dan Ana kalu fai walu ( penggarap), dua status sosial dalam interaksi sosial. Hal ini sudah menjadi tradisi umasyarakat lio terkhusus  tanah adat Detuara,  Tanah adat Detuara sendiri sendiri masih berhubungan adat dengan tanah adat wolobalu namun dalam pengawasan wilayah tanah adat detuara di pegang oleh salah satu mosalaki yaitu Bapak frans More. Dalam kegiatan adat tahunan ada Tiga pesta adat yakni Nggua, katti uta dan Ka Are bola pu'u,  Ngggua sendiri adalah upacara adat yang dilakukan pada saat masyarakat adat atau ana kalo fai walu hendak melakukan bercocok tanam,  oleh karena itu sebelum masyarakat adat atau ana kalo fai walu melakukan ritual adat untuk meminta restu dari leluhur agar hasil panen tahun ini berlimpah. Acara adat nggua sendiri di awali dengan acara   PIRE KOBE.  pire kobe masa persiapan selama 17 hari namun hari yang diambil hanya 7 hari, dari tujuh hari tersebut termasuk informasi penyampai kepada ana kalo fai walu ataupun penggarap lain tentang waktu nuka banu dan nggua.  Dalam masa pire kobe ini kebiasan adat lio larangan untuk beraktifitas di lahan garapan selama tujuh hari. Namun ini bisa tergantung hak keputusan mosalaki. Setelah masa pire kobe berakhir maka dilanjutkan nuka benu.
  NUKA BANU,

      Nuka benu adalah kegiatan bertujuan untuk mengumpulkan para ana kalo fai walu  termasuk anak mosalaki dan juga kakak adik mosalaki atau dalam bahasa lio ANA KOLO NIA harus  ada di rumah adat ( sao ria) untuk menunggu orang - orang yang datang nggua dalam bahasa lio ATA NUKA BENU.nuka benu sendiri terjadi pada malam sebelum acara Doi Mure pada esok harinya,  setelah seluruh ana kalo fai walu dan ata nuka benu terkumpul maka,  bapak mosalaki melakukan prosesi adat berupa REURERA yaitu ritual memberi makan kepada nenek moyang berupa beras bahwa semua telah hadir untuk ikut acara. Setelah mosalaki melakukan upacara adat maka dilanjutkan dengan makan malam bersama ana kalo fai walu dan seluruh orang yang hadir. setelah makan malam dilanjutkan dengan acara GAWI,
(Gawi) 

GAWI sendiri adalah sebuah tarian tradisional masyarakat lio yg konon kata tarian ini dilakukan setelah mendapat kemenangan dalam peperangan melawan musuh,  setelah perang masarakat pada waktu itu melakukan tarian gawi mengelilingi makam para leluhur, ini tandanya kemenangan yang di peroleh dalam peperangan berkat campur tangan para leluhur. Namun seiring dengan waktu, tarian gawi mengalami perubahan musik. Pada zaman dulu musik gawi terdiri :

(Ine lamba/induk tambur) 

1. Go atau gong
 2. Ana Lamba atau tambur ukuran kecil
3. Ine Lamba atau induk tambur
Ketiga alat musik ini di tabuh oleh masing -masing orang, lagu pelantun atau ata Shoda duduk di dekat kubur leluhur (tubu kanga) sambil menyanyikan syair pantun diikuti peserta gawi menari mengelilingi tugu kanga.  Tapi masa sekarang mengali perubahan musik yang kebih modern sehingga hampir punah ketrampilan  penabuh gong dan tambur serta Shoda.
 tarian gawi tersebut dilakukan sampai turun temurun masyarakat lio terkhusus di detuara.

Doi Mure
(Doi Mure)

 Doi Mure sendiri adalah kegiatan utama masyarakat lio tekhusus tanah ulayat Detuara. Doi mure terjadi setelah malam Nuka banu,  dimana pada pagi harinya di depan makam leluhur para anakalo faiwalu mempersembahkan hasil panen tahunan sebelumnya. Sesuai kesepakatan adat setiap ana kalo faiwalu wajib membawa beras yang diisi dalam bakul ( bola) secukupnya, ayam satu ekor serta sejumlah uang dan moke, moke sendiri adalah larutan alkohol hasil filterisasi dari pohon nira atau sejenisnya.dalam prosesi doi mure setiap orang atau ana kalo fai walu di bacakan nama kepala keluarga oleh seorang petugas yang ditugaskan oleh Mosalaki sebagai mandor mosalaki atau dalam bahada lio ( mando ata Laki )untuk mencatat nama dan jenis persembahan yang dibawa oleh ana kalo fai walu dalam upacara adat. Setelah semua terkumpul maka acara inti
Gat'te kolo manu (potong kepala ayam)

GATE KOLO MANU atau potong kepala ayam dilakukan. ritual ini sangat sakral karena dalam proses pembagian jatah makan Leluhur untuk delapan penjuruh tidak boleh kurang atau minus dalam jatah pembagian,  sebab beresiko bagi masyarakat adat. Karena dalam proses gatte kolo manu hanya dilakukan sekali dalam proses adat nggua. Setelah potong kepala ayam dilakukan baru hasil beras yg terkumpul dimasukan dalam sao ria atau rumah adat. Petugas yang mengantar beras yang diisi dalam bakul atau bolapun tidak sembarang petugas yang mendahului,  bakul atau bola dalam bahasa lio pertama atau induk bola  diangkat oleh petugas yang membaca nama para penggarap ( mandor ata laki) setelah yang bersangkutan terlebih dulu baru bisa diangkat oleh orang lain,  ini tata aturan yang harus di taati turun temurun.
 Setelah proses ini selesai dilanjutkan dengan makan siang bersama, setelah itu dilanjutkan dengan acara tarian GAWI,

  batasan waktu gawi tidak di batasi karena para undangan diberi kebebasan untuk tarian tanda atau gawi sepuas-puasnya sampai esok pagi.  Setelah esok pagi mulailah dengan adat PIRE, pire ini selama dua hari tidak di perbolehkan para penggarap maupun ana one sao untuk beraktifitas di kebun ataupun aktifitas tanam menanam disepuran rumah,  dan juga tidak diperbolehkan membawa tanaman yang masih hidup kedalam rumah selama dua hari.  Pada hari ketiga pire baru semua masyarakat ada beraktifitas seperti biasa maka,  poses adat nggua dinyatakan sudsudah berakhir. 

Komentar

Postingan Populer